BAB I
PENDAHULUAN
Sabuah mekanisme yang terkadang
tanpa pernah kita sadari, lebih dari berjuta-juta komoditi atau jasa tersedia,
tetapi kita berhasil untuk memilih rangkaian barang dan jasa tersebut. Ketika
membuat pilihan kita membuat penilaian tertentu nilai relative segala komoditas
yang berjuta-juta jenis tersebut. Sekitar lima ratus tahun setelah hijrah
Rasulullah, Imam al-Ghazali, telah mampu menuliskan bagaimana fungsi
kesejahteraan, utilitas (kepuasan) dan maximizer seorang muslim terbentuk. Fungsi
utilitas, atau kepuasan yang merupakan penentu apakah sebuah barang lebih
disukai atau tidak dibandingkan dengan barang lain. Dengan demikian teori
konsumsi sangatlah dipengaruhi oleh fungsi utilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku Konsumen dan Teori konsumsi
dalam ekonomi islam
- Pengertian
Perilaku konsumen adalah
kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan
kepuasanya. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai teori perilaku konsumen ini
perlu difahami asumsi berikut :
- Konsumen (individual) adalah rasional dalam memutuskan pilihan konsumsinya.
- Konsumen mempunyai banyak pilihan/alternative konsumsi
- Konsumen mempunyai pilihan (preferensi) sendiri atau free choice.
Teori perilaku konsumen dalam system
kapitalis sudah melampaui dua tahap. Teori pertama berkaitan dengan teori
marginalis, yang berdasarkan teori tersebut pemanfaatan konsumen secara tegas
dapat diukur dalam satuan-satuan pokok. Konsumen mencapai keseimbanganya ketika
dia memaksimalkan pemanfaatanya sesuai dengan keterbatasan penghasilan, yakni:
ketika rasio-rasio pemanfaatan-pemanfaatan marginal dari berbagai komoditas
sama dengan rasio-rasio harga-harga uangnya masing-masing. Tahap kedua yang
lebih modern mengatur kemungkinan diukurnya dan koordinalitas pemanfaatan itu.
Namun berbagai kondisi yang sekarang menjadi kesamaan antara tarif marginal
substitusinya, yakni garis miring dari kurva tetap dan rasio-rasio harga
uang, yakni garis miring dari keterbatasan penghasilan itu.
Para penulis muslim memandang
perkembangan rasionalisasi dan teori konsumen yang ada selama ini dengan penuh
kecurigaan dan menuduhnya sebagai aspek prilaku manusia yang terbatas dan
berdimensi tunggal. Mereka menyatakan bahwa ia didasarkan atas
“perhitungan-perhitungan cermat yang diarahkan untuk melihat kedepan dan
pengawasan terhadap keberhasilan ekonomi,” sebagaimana dikemukaan oleh
max weber. Tetapimereka tidak setuju dengan max weber bahwa alternative
menunjuk kepada “rasionalisme ekonomi” adalah “keberadaaan petani yang sangat
menderita” atau “tradisionalisme kalangan pedagang yang memiliki hak-hak
istimewa”.[1]
Imam al-Ghozali mendefinisikan aspek
ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah hirarki
utilitas individu dan social yang triparti meliputi: kebutuhan (dhoruriat)
kesenangan atau kenyamanan (hajaat). Dan kemewahan (tahsiniyat). [2]
- Prinsip Dasar Konsumsi
Menurut islam, anugrah-anugrah Allah
itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian diantara
anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa
mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka sendiri, sedangkan
orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara anugrah-anugrah
yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki
walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam al-Qur’an Allah SWT mengutuk dan
membatalkan argumen yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidak
sediaan mereka memberikan bagian atau miliknya ini
Allah berfirman :
“Bila dikatakan kepada mereka,
belanjakanlah sebagian rizki Allah yang diberikanNya kepada mu, orang-orang
kafir itu berkata “apakah kami harus memberi makan orang-orang yang jika Allah
menghendaki akan diberiNya makan?” sebenarnya kamu benar-benar
tersesat.”(Qs.yasiin:47)[3]
Konsumsi berlebih-lebihan yang
merupakan cirri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, disebut dalam islam
dengan istilah israf (pemborosan) atau tabzir (menghabur-hamburkan harta tanpa
guna). Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah, yakni untuk
menuju tujuan-tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar
hokum atau dengan cara yang tanpa aturan. [4]
- Consumer Behaviour
Perilaku Konsumen adalah tingkah
laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa
mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat
keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk
mengkonsumsi suatu barang
Rasonalnya konsumen akan memuaskan
konsumsinya sesuai dengan kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta
kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikian
kepuasan dan prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagai berikut :
- Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi. Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
- Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Daya beli dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
- Kecenderungan Konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai-nilai yang dianut seperti agama, adat istiadat.
- Fungsi utility
Dalam ekonomi, utilitas
adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai.
Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya
utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha
untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan
utilitas adalah util.[5]
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan
(utility function) digambarkan oleh kurva indiferen (indifference curve).
Biasanya yang digambarkan adalah utility function antara dua barang (atau jasa)
yang keduanya memang disukai konsumen.
Dalam membangun teori utility
function, digunakan tiga aksioma pilihan rasional.
- Completeness
aksioma ini mengatakan bahwa setiap
individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara
dua keadaan. Bila A dan B adalah dua keadaan yang berbeda, maka individu selalu
dapat menentukan secara tepat satu diantara tiga kemungkinan ini :
- A lebih disukai daripada B
- B lebih disukai daripada A
- A dan B sama menariknya
- Transitivity
aksioma ini menjelaskan bahwa jika
seorang individu mengatakan “A lebih disukai daripada B”, dan “B lebih disukai
daripada C”, maka ia pasti akan mengatakan bahwa “A lebih disukai daripada C”.
aksioma ini sebelumnya untuk memastikan adanya konsistensi internal didalam
diri individu dalam mengambil keputusan.
- Continuity
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika
seorang individu mengatakan “A lebih disukai dari B” maka keadaan yang
mendekati A pasti juga lebih disukai daripada B.
Kombinasi
|
Jumlah barang x
|
Jumlah barang y
|
A
|
2 Unit
|
3 Unit
|
B
|
3 Unit
|
2 Unit
|
C
|
5 Unit
|
1 Unit
|
D
|
3 Unit
|
5 Unit
|
E
|
4 Unit
|
4 Unit
|
Kombinasi titik yang berada pada
kurva indifference yang sama memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan
bila berada pada kurva indifference yang berbeda maka memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda pula. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa titik A B dan C
memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan titik D dan E memberikan
kepuasan yang lebih tinggi daripada titik A B atau C.
Konsekuensi dari adanya aksioma
konsistensi dalam pilihan konsumen, maka antara kurva indifference yang berbeda
tidak boleh berpotongan. Jika kurva tersebut berpotongan berarti terjadi
pelanggaran terhadap aksioma utility, yaitu tidak adanya konsistensi telah
terjadi. Sebagai contoh. Perhatikan gambar dibawah ini :
Kombinasi titik S Q dan R memberikan
tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U . kombinasi
pada titik P Q dan T memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva
indifference U dari kedua pernyataan diatas terlihat bahwa titik Q berada
pada kurva indifference U dan U , yang berarti tidak adanya
konsistensi tingkat kepuasan pada titik Q, yang berarti pula telah
melanggar aksioma kedua dari utility.[6]
- Perilaku konsumen Musim
Berbeda dengan konsumen
konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi,
yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagianya lagi
untuk dibelanjakan di jalan Allah.
- Model Keseimbangan konsumsi islam
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi
islam didasarkan pada prinsip keadilan distribusi. Dalam ekonomi islam.
Kepuasan konsumsi seorang Muslim bergantung pada nilai-nilai agama yang
diterapkan pada rutinitas kegiatanya, tercermin pada alokasi uang yang
dibelanjakanya.
- Batasan Konsumsi dalam syari’ah
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat
dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting
karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi
kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.
Batasan konsumsin dalam islam tidak
hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan
adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan
bermegah-megahan.
Begitu pula batasan konsumsi dalam
syari’ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga
mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi
untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab.
Pengharaman untuk komoditi karena
zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan
spiritual.
- konsumsi social
konsumsi dalam islam tidak hanya
untuk materi saja tetapi juga termasuk konsumsi social yang terbentuk dalam
zakat dan sedekah. Dalam al-Qur’an dan hadits disebutkan bahwa pengeluaran
zakat sedekah mendapat kedudukan penting dalam islam. Sebab hal ini dapat
memperkuat sendi-sendi social masyarakat.
- zakat
- sedekah
BAB III
PENUTUP
Perilaku konsumen adalah
kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan
kepuasanya.
Prinsip Dasar Konsumsi
anugrah-anugrah Allah itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan
sebagian diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu
tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka
sendiri, sedangkan orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara
anugrah-anugrah yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak
mereka miliki walaupun mereka tidak memperolehnya.
Perilaku Konsumen adalah tingkah
laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa
mereka.
Fungsi utility :
- Completeness
- Transitivity
- Continuity
Kunjungi Lapak Kami Dhamar Mart,,, Harga kesepakatan penjual dan pembeli.
Instagram @dhamar_mart
Instagram @dhamar_hijab
FB Dhamar Mart
Instagram @dhamar_mart
Instagram @dhamar_hijab
FB Dhamar Mart
Share it to your friends..!
0 comments "Perilaku Konsumen dan Teori konsumsi dalam ekonomi islam", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment
Anda peminat madu asli?
Kunjungi target='blank'>Amiriyah madu