Tuesday, October 16, 2012

Sejarah Perkembangan Logika

Logika ialah titipan ahli-ahli filsafat yunani kuno sejak abad ke 5 sebelum masehi, boleh dikatakan yang pertama kali menggerakkan ilmu mantiq (logika) ialah golongan sofisme yang perguruanya mementingkan tentang soal-soal perdebatan
Adapun peletak batu pertamanya ialah Socrates, kemudian dilanjutkan oleh plato dan dilengkapi lagi oleh Aristoteles, yang menyusun ilmu ini dengan pembahasan-pembahasan yang teratur dan dibuat persoalanya fasal demi fasal serta ilmu ini dijadikan dasar dari ilmu falsafah. Dengan demikian maka Aristoteles diberi gelar guru pertama dari ilmu pengetahuan. Ilmu ini sejak dari Aristoteles tidak ada tambahan apa-apa. Baru setelah lahir ahli-ahli falsafah islam diabad pertengahan, disitulah banyak tambahan dalam persoalan-persoalan apalagi pembahasan mengenai lafadh-lafadhnya banyak ditambah oleh ahli falsafah islam. Farabi yang disebut guru kedua dalam ilmu pengetahuan. Guru kedua membaharui pembahasan ilmu mantiq (logika) ini, dimana ilmu mantiq (logika) dulu hanya merupakan teori-teori belaka, tetapi sejak farabi kemudian dimulainya ilmu mantiq (logika) ini dipelajari secara Amali (praktek; dalam arti tiap-tiap qadlijah diuji kebenaranya).[1]
Hal ini memberikan jalan pada pembahasan mantiq (logika) diabad baru yang dipelopori oleh Hebert Spencer dengan menggunakan percobaan yang berdasarkan panca indra, juga percobaan Descartes dan Immanuel kant yang dalam pembahasanya banyak juga berpedoman pada mantiq (logika) dan tidaj sedikit pula sumbangan mereka terhadap ilmu mantiq (logika) diabad baru.     

Dalam sejarah perkembanganya, ilmu logika mengenal dua istilah, yaitu logika tradisional dan logika modern. Logika tradisional adalah logika yang menekankan pada analisis bahasa, bercorak deduktif, dan secara historis memang temuan filsuf klasik, sedang logika modern merupakan modifikasi dan revisi oleh filsuf zaman modern, bercorak induktif dan diperkaya dengan simbol-simbol, termasuk symbol matematis, meski masalah bahasa tetap tidak ditinggalkan.
Karena bagi logika, bahasa adalah symbol dari pemikiran dan apa yang dipikirkan manusia bisa disimbolkan dengan bahasa, itulah sebabnya mengapa logika mempunyai kedekatan dengan ilmu bahasa. Meski jelas logika bukan bagian dari ilmu bahasa, tetapi sekali lagi, merupakan bagian dari ilmu filsafat, logika membicarakan hkum-hukum pikiran, sedang ilmu bahasa membicarakan hokum-hukum bahasa, keduanya memang tidak bisa dipisahkan, tetapi tetap harus dibedakan.
Begitulah, bagi logika, apa yang dipikirkan manusia meski bisa  dibahasakan. Itupun ternyata masih belum cukup, karena “bahasa” itu masih harus disampaikan, dipahamkan, dan diujikan kepada banyak orang atau komunitas. Jika “umum” mengakui, itu berarti “logis”. Disinilah sebabnya, mengapa logika juga terlihat ‘berkutat’ pada analisis bahasa, meski penekananya lebih kepada persoalan makna bahasa.[2] 


[1] Prof. K. H Taib Thahir Abd. Mu’in (guru besar pada I.A.I.N Jogjakarta dan Jakarta), Ilmu Mantiq (logika), penerbit Wijaya, cetakan pertama 1966 jakarta. Hal:18


[2] Mohammad Muslih, Filsafat Umum Dalam Pemahaman Praktis, Penerbit Belukar, Cetakan Pertama 2005 Yogyakarta. Hal: 105-106

Share it to your friends..!

Share to Facebook Share this post on twitter Bookmark Delicious Digg This Stumbleupon Reddit Yahoo Bookmark Furl-Diigo Google Bookmark Technorati Newsvine Tips Triks Blogger, Tutorial SEO, Info

0 comments "Sejarah Perkembangan Logika", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Anda peminat madu asli?
Kunjungi target='blank'>Amiriyah madu